Kamis, 17 Desember 2009

Tradisi Ruwahan



Ruwahan atau sedekah ruah merupakan upacara penyambutan terhadap kedatangan bulan suci Ramadhan. Ruwahan dilakukan pada pertengahan bulan Sya’ban sehingga sering disebut dengan Nisfu Sya’ban, pada bulan ini masyarakat biasanya melakukan acara bersih kubur dan ziarah ke kuburan keluarga masing masing. Pada pekan pekan pertengahan bulan Sya’ban masyarakat melaksanakan acara sedekah ruah dengan menyiapkan makanan, biasanya tidak ketinggalan gulai Ayam atau daging Sapi untuk disantap bersama baik oleh keluarga maupun oleh tetangga sekitarnya. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan terhadap arwah orang yang sudah meninggal dan merupakan warisan dari Hinduisme.

Tradisi Nganggung



Sebagai bagian dari rentang dan rumpun tanah Melayu, Pangkalpinang memiliki beragam adat istiadat dan budaya. Keanekaragaman etnis dari berbagai nusantara membentuk budaya yang unik dan menarik, serta kesenian tradisional yang terus berkembang pesat. Nganggung, merupakan tradisi gotong royong masyarakat Kota Pangkalpinang dengan membawa makanan lengkap di atas Dulang kuningan yang ditutup dengan tudung saji. Tiap pintu rumah (keluarga) membawa satu dulang yang terbuat dari Kuningan, berisi makanan sesuai dengan status dan kemampuan keluarga tersebut. Tradisi Nganggung sering juga disebut dengan adat Sepintu Sedulang. Tradisi ini biasanya dilakukan pada upacara upacara keagamaan, seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Mauludan, Nisfu Sya’ban, dan pada kegiatan Muharam. Kegiatan Nganggung biasanya dilakukan di Masjid dan di Kota Pangkalpinang sering dilaksanakan Nganggung Akbar di Rumah Dinas Walikota setelah dilaksanakan pawai Taaruf.

Perkawinan Adat Bangka



Tradisi ini di bagi masyarakat Melayu Pangkalpinang adalah sesuatu yang penting dan sakral, oleh sebab itu tata cara pengaturan perkawinan mulai dari persiapan acara, pelaksanaan upacara bahkan setelah selesai upacara harus direncanakan dan dipersiapkan dengan sesempurna mungkin. Perkawinan atau pernikahan secara tradisional bertujuan untuk menjalankan sunatullah, memenuhi kebutuhan biologis, mencapai status sosial tertentu dan pengekalan tali darah serta meneruskan keturunan.
Kehidupan masyarakat dan adat istiadat Pangkalpinang sangat dipengaruhi oleh unsur budaya Melayu dan agama Islam, termasuk pelaksanaan upacara yang berhubungan dengan siklus kehidupan (life cycle) yang berhubungan dengan tahapan-tahapan krisis kehidupan seseorang (crisis rate) yang telah digariskan menurut adat Melayu karena Kepulauan Bangka Belitung termasuk di dalamnya Pangkalpinang merupakan daerah yang masuk dalam Rentang Tanah Melayu. Kemudian tata cara perkawinan umumnya dilaksanakan sesuai agama Islam.
Pada tradisi perkawinan biasanya dimeriahkan dengan berbagai macam tarian, musik tradisional seperti Tari Campak, Tari Zapin dan musik dambus.

Tradisi Sembahyang Kuburan



Ritual Ceng Beng atau sembahyang kubur merupakan upacara perwujudan dari sikap masyarakat Tionghoa yang sangat mencintai dan menghormati leluhurnya, seluruh keluarga baik yang ada di Pangkalpinang atau di perantauan berupaya untuk pulang dan melaksanakan ritual. Kegiatan Ritual dimulai dengan membersihkan kuburan atau pendem biasanya dilakukan 10 hari sebelum pelaksanaan Ceng Beng. Puncak kegiatan dilaksanakan pada tiap tanggal 5 April kalender Masehi. Kegiatan dilaksanakan sejak dini hari hingga terbit fajar dengan melakukan sembahyang dan meletakkan sesajian berupa aneka buah buahan (sam kuo), ayam atau babi (sam sang), arak, aneka kue, dan makanan Vegetarian (cai choi), uang kertas (kim cin) dan membakar garu (hio), suasana di pekuburan khususnya di pekuburan Sentausa pada saat itu sangat semarak dengan Lampion dan beraroma hio yang menyengat hidung serta diiringi dengan alunan musik Belaz Band atau Tanjidor.

Ritual Sembahyang Kubur. Sembahyang kubur bagi warga keturunan Tionghoa dilaksanakan mininal setahun sekali. Sembahyang kubur sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan memohon doa diberi kehidupan yang lebih baik dan bahagia bagi anak cucunya di dunia ini.Sembahyang kubur juga memberikan bantuan berupa doa kepada leluhur agar arwahnya tenang di alambaka.

Perang Ketupat



Perang ketupat merupakan salah satu ritual upacara masyarakat pantai pasir kuning, Tempilang, Bangka Barat.
Upacara ini dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus yang dipercayai bertempat tinggal di daratan.
Menurut para dukun, makhluk-makhluk halus itu bertabiat baik dan menjadi penjaga desa terhadap serangan makhluk jahat dari luar desa Tempilang.

Acara paeta adat perang ketupat, Desa Tempilang ditutup dengan ritual Taber Kampong (menabur kampong dengan air tabur, bunga pinang) dengan harapan rumah masyarakat terhindar dari bencana dalam setahun ke depan.

Kegiatan pesta perang ketupat di Desa Tempilang cuma 1 kali dalam setahun, oleh sebab itu tidak bisa di lewatkan begitu saja.

Gotong Royong Yang Membudaya Di Indonesia


Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Bersama-sama disini maksudya adalah dengan cara musyawarah, pancasila, hukum adat, dan kekeluargaan. Oleh karena itu, gotong royang dapat diartikan bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan secara adil, yang dilakukan tanpa pamrih, secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing. Rasa suka rela tanpa pamrih untuk melakukan gotong royong tidak akan ada di dalam diri tiap manusia apabila didalamnya tidak terdapat semangat yang didorong oleh suatu pandangan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain karena manusia adalah makhluk Tuhan yang saling ketergantungan satu sama lain. Maka dari itu, setiap manusia harus menjaga hubungan baik dengan sesamanya dan perlunya beradaptasi dengan lingkungannya.

Sikap gotong royong yang dilakukan, didalamnya terkandung nilai moral yaitu adanya rasa ikhlas untuk berpartisipasi, kebersamaan dan saling membantu antar sesama karena lebih mengutamakan kepentingan bersama yang akan berdampak meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

Sifat gotong royong pada dasarnya memiliki tujuan yang sama walaupun dipedesaan sifat gotong royong dan kekeluargaan lebih menonjol daripada di perkotaan. Bukan hanya itu saja, bentuk gotong royongnya juga berbeda. Di pedesaan misalnya, gotong royong membangun jembatan dan membersihkan jalan-jalan. Kalau di pekotaan bentuk gotong royongnya adalah kerja bakti di RT/RW.

Perwujudan partisipasi rakyat dalam masa reformasi merupakan perwujudan pengabdian dan kesetiaan masyarakat terhadap negara. Sikap gotong royong sudah menjadi tradisi dan kepribadian bangsa Indoesia yang harus benar-benar di jaga dan di pelihara. Akan tetapi, adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yag cukup besar. Tetapi, hal tersebut tidak menjadi hal utama yang bisa merubah kepribadian bangsa ini, karena Indonesia memiliki Pancasila yang menjadi landasan hidup yang didalamya berisi nilai-nilai keagamaan yang dapat dijadikan pondasi untuk memfilter kebudayaan baru yang akan masuk karena adanya perubahan zaman.

Gotong royong bisa dikatakan juga menjadi ajang silaturahmi bagi para warga yang melakukan kegiatan tersebut. Adanya gotong royong membantu mengurangi adanya kesenjangan sosial atar warga itu sendiri.

Indonesia memiliki karakter bangsa yang sangat bagus, yang belum tentu dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Semua dilakukan utuk kesejahteraan individu dan bersama, dan apabila setiap individu mampu hidup sejahtera dan tenggang rasa dengan individu lainnya maka akan tercapailah kesehateraan bagi individu itu sendiri.